Rabu, 28 Juli 2010

analisis wacana teks

Asyik Cangkruk Bersama Kopi Tubruk
Kopi Tradisional Hotel Santika Surabaya

Ragam cara penyajian kopi bisa ditemukan di tengah gaya hidup orang masa kini. Mulai dari warung kaki lima hingga kedai bertaraf internasional. Mereka memiliki cara tersendiri untuk mengolah minuman kopi. Hotel Santika Surabaya tak mau kalah. Kopi tubruk ndeso naik kelas saat diusung masuk hotel.
Kopi tubruk merupakan cara penyajian kopi yang terbiasa ditemui di Indonesia, terutama di Jawa dan Bali. Itu pun, hanya di daerah dan tempat tertentu. Biasanya banyak ditemui di warung kaki lima pedesaan.
Kopi tubruk diseduh langsung dengan cara mencampur kopi bubuk, gula dan air panas. Lalu diaduk hingga gula hancur.
Resep ini konon dibawa pedagang dari Timur Tengah. Sebab ada kesamaan cara penyajian kopi tubruk ini dengan minuman kopi di Turki dan Yordania.
Ada juga yang menyebutnya mud coffee atau kopi lumpur. Lumpur merujuk pada blendeg atau sisa kopi yang mengendap di bagian bawah gelas.
Nama kopi tubruk sendiri muncul karena dibuat dari biji kopi yang dihancurkan. Omongan lain menyebut dinamakan kopi tubruk karena minuman ini asal tubruk, kopi tidak disaring lagi. Jadi banyak ampas yang mengapung di permukaan gelas.

Racikan Kopi
Kunci membuat kopi tubruk ada pada air. Suhu panas air dari dispenser berbeda dengan air yang dididihkan memakai kompor. Jika kurang panas suhunya, maka biji kopi kasar akan mengapung.
Campuran air dan kopi tidak maksimal, rasanya jadi kurang mantap. “ Kopi tubruk ada yang dicampur susu, kayu manis, atau cengkeh, “ ujar Adita Putri, Sales and Media Comunication Hotel Santika Surabaya.
Jenis biji kopi yang dipakai Robusta dari Kediri. Agar mendapat hasil memuaskan sebelum menyeduh pastikan kopi bubuk baru digiling dan masih beraroma tajam.
Rempah seperti cengkeh dan kayu manis ditambahkan untuk memperoleh cita rasa berbeda hingga menghangatkan badan.
“ Cengkeh dan kayu manisnya berupa bubuk. Tetapi, untuk kayu manis ada yang masih berbentuk batang dan dimasak dengan gula pasir dan air, hingga butiran gula hancur, “ jelas Adita.
Gula yang dipakai ada dua pilihan, gula pasir dan gula palem. Kopi memakai gula palem aromanya lebih harum.
Sementara yang ingin dicampur susu, campuran kopi tidak memakai gula lagi. Rasa manis dari susu kental manis sudah cukup. Sebab, jika terlalu banyak susu atau krimer, aroma kuat kopi jadi hilang.
Nah, kopi tubruk di Lobi Hotel Santika ini disajikan dengan cara tidak biasa. Gelas wadah kopi dibalik dengan posisi mulut gelas di bagian bawah. Minumnya harus menyeruput cairan kopi yang berada di sekeliling mulut gelas terbalik itu.
Cara ini juga bisa ditemui di daerah Aceh. Namun, untuk minum diberi alat berupa pipet. Fungsinya untuk menyedot air kopi, bukan diseruput.
Pilihan kopi tubruk di Hotel Santika Surabaya ini antara lain kopi tubruk original, kopi tubruk kayu manis, kopi tubruk cengkeh, kopi tubruk susu, dan kopi tubruk late.
“ Minum kopi seperti ini sambil cangkruk terasa asyik. Meski tidak biasa minum dengan cara gelas terbalik, tetapi kok jadi seru ya, “ ungkap Ana, salah satu pengunjung kafe Hotel santika surabaya.
Meski disajikan dengan cara berbeda dengan yang Anda temui selama ini, kopi tetap menjadi minuman kesukaan semua kalangan.
Rasa pahit bercampur sedap rempah-rempah atau susu, dengan sentuhan manis gula membuat kopi selalu diinginkan. Ida.

ANALISIS TEKS
1. Topik
Topik teks tersebut yaitu ragam cara penyajian kopi.
2. Bagan dan struktur isi

Penyajian kopi tubruk



dg gula dg susu/krimer dg kayu manis dg cengkeh


gula pasir gula palem bubuk batang bubuk


3. Alat kohesi dan koherensi

Asyik Cangkruk Bersama Kopi Tubruk
Kopi Tradisional Hotel Santika Surabaya


Ragam cara penyajian kopi bisa ditemukan di tengah gaya hidup orang masa kini. Mulai dari warung kaki lima hingga kedai bertaraf internasional. Mereka (kata ganti orang ke-III) memiliki cara tersendiri untuk mengolah minuman kopi. Hotel Santika Surabaya (pengulangan dengan sinonim) tak mau kalah. Kopi tubruk (pengulangan dengan sinonim) ndeso naik kelas saat diusung masuk hotel
Kopi tubruk merupakan cara penyajian kopi yang terbiasa ditemui di Indonesia, terutama di Jawa dan Bali. Itu (kata ganti) pun, hanya di daerah dan tempat tertentu. Biasanya banyak ditemui di warung kaki lima pedesaan (pengulangan dengan sinonim).
Kopi tubruk diseduh langsung dengan cara mencampur kopi bubuk, gula dan air panas. Lalu diaduk hingga gula (pengulangan utuh) hancur.
Resep ini (kata tunjuk anaforis) konon dibawa pedagang dari Timur Tengah. Sebab (konjungsi sebab akibat) ada kesamaan cara penyajian kopi tubruk (pengulangan dengan sinonim) ini (kata tunjuk kataforis) dengan minuman kopi di Turki dan Yordania (pengulangan dengan sinonim).
Ada juga (konjungsi penambahan) yang menyebutnya (kata ganti milik) mud coffee atau kopi lumpur (pengulangan dengan sinonim). Lumpur merujuk pada blendeg atau sisa kopi (pengulangan dengan sinonim) yang mengendap di bagian bawah gelas.
Nama kopi tubruk sendiri muncul karena (konjungsi sebab akibat) dibuat dari biji kopi yang dihancurkan. Omongan lain menyebut dinamakan kopi tubruk (pengulangan utuh) karena (konjungsi sebab akibat) minuman ini (kata tunjuk anaforis) asal tubruk, kopi tidak disaring lagi. Jadi banyak ampas yang mengapung di permukaan gelas.

Racikan Kopi
Kunci membuat kopi tubruk ada pada air. Suhu panas air dari dispenser berbeda dengan air (pengulangan utuh) yang dididihkan memakai kompor. Jika kurang panas suhunya (kata ganti milik), maka biji kopi kasar akan mengapung.
Campuran air dan kopi tidak maksimal, rasanya (kata ganti milik) jadi kurang mantap. “ Kopi tubruk ada yang dicampur susu, kayu manis, atau cengkeh, “ ujar Adita Putri, Sales and Media Comunication Hotel Santika Surabaya.
Jenis biji kopi yang dipakai Robusta dari Kediri. Agar (konjungsi tujuan) mendapat hasil memuaskan sebelum menyeduh pastikan kopi bubuk baru digiling dan masih beraroma tajam.
Rempah seperti cengkeh dan kayu manis ditambahkan untuk memperoleh cita rasa berbeda hingga menghangatkan badan.
“ Cengkeh dan kayu manisnya (kata ganti milik) berupa bubuk. Tetapi (konjungsi pertentangan), untuk kayu manis (pengulangan utuh) ada yang masih berbentuk batang dan dimasak dengan gula pasir dan air, hingga butiran gula hancur, “ jelas Adita.
Gula yang dipakai ada dua pilihan, gula pasir dan gula palem. Kopi memakai gula palem (pengulangan utuh) aromanya (kata ganti milik) lebih harum.
Sementara yang ingin dicampur susu, campuran kopi tidak memakai gula lagi. Rasa manis dari susu kental manis (pengulangan dengan sinonim) sudah cukup. Sebab (konjungsi sebab akibat), jika terlalu banyak susu atau krimer (pengulangan dengan sinonim), aroma kuat kopi jadi hilang.
Nah, kopi tubruk di Lobi hotel Santika ini (kata tunjuk anaforis) disajikan dengan cara tidak biasa. Gelas wadah kopi dibalik dengan posisi mulut gelas di bagian bawah. Minumnya harus menyeruput cairan kopi yang berada di sekeliling mulut gelas (pengulangan utuh) terbalik itu (kata tunjuk kataforis).
Cara ini (kata tunjuk anaforis) juga (konjungsi penambahan) bisa ditemui di daerah Aceh. Namun (konjungsi pertentangan), untuk minum diberi alat berupa pipet. Fungsinya untuk menyedot air kopi, bukan diseruput.
Pilihan kopi tubruk di Hotel Santika Surabaya ini (kata tunjuk anaforis) antara lain kopi tubruk original, kopi tubruk kayu manis, kopi tubruk cengkeh, kopi tubruk susu, dan kopi tubruk late.
“ Minum kopi seperti ini (kata tunjuk anaforis) sambil cangkruk terasa asyik. Meski tidak biasa minum dengan cara gelas terbalik, tetapi (konjungsi pertentangan) kok jadi seru ya, “ ungkap Ana, salah satu pengunjung kafe Hotel santika surabaya.
Meski disajikan dengan cara berbeda dengan yang Anda temui selama ini (kata tunjuk anaforis), kopi tetap menjadi minuman kesukaan semua kalangan. Rasa pahit bercampur sedap rempah-rempah atau susu, dengan sentuhan manis gula membuat kopi (pengulangan utuh) selalu diinginkan. Ida.

Koherensi
Koherensi yang di hasilkan dalam wacana di atas terlihat dengan adanya piranti kohesi, yaitu berupa tanda-tanda hubung antar kalimat. Selain itu koherensi muncul dengan adanya hubungan sebab akibat yang ada di dalamnya dan hubungan antara pertanyaan dan jawabannya.
Teks Analisis
Ragam cara penyajian kopi bisa ditemukan di tengah gaya hidup orang masa kini. Mulai dari warung kaki lima hingga kedai bertaraf internasional. Mereka memiliki cara tersendiri untuk mengolah minuman kopi. Hotel Santika Surabaya tak mau kalah. Kopi tubruk ndeso naik kelas saat diusung masuk hotel.
Kopi tubruk merupakan cara penyajian kopi yang terbiasa ditemui di Indonesia, terutama di Jawa dan Bali. Itu pun, hanya di daerah dan tempat tertentu. Biasanya banyak ditemui di warung kaki lima pedesaan.
Kopi tubruk diseduh langsung dengan cara mencampur kopi bubuk, gula dan air panas. Lalu diaduk hingga gula hancur.
Resep ini konon dibawa pedagang dari Timur Tengah. Sebab ada kesamaan cara penyajian kopi tubruk ini dengan minuman kopi di Turki dan Yordania.
Ada juga yang menyebutnya mud coffee atau kopi lumpur. Lumpur merujuk pada blendeg atau sisa kopi yang mengendap di bagian bawah gelas.
Nama kopi tubruk sendiri muncul karena dibuat dari biji kopi yang dihancurkan. Omongan lain menyebut dinamakan kopi tubruk karena minuman ini asal tubruk, kopi tidak disaring lagi. Jadi banyak ampas yang mengapung di permukaan gelas.

Racikan Kopi
Kunci membuat kopi tubruk ada pada air. Suhu panas air dari dispenser berbeda dengan air yang dididihkan memakai kompor. Jika kurang panas suhunya, maka biji kopi kasar akan mengapung.
Campuran air dan kopi tidak maksimal, rasanya jadi kurang mantap. “ Kopi tubruk ada yang dicampur susu, kayu manis, atau cengkeh, “ ujar Adita Putri, Sales and Media Comunication Hotel Santika Surabaya.
Jenis biji kopi yang dipakai Robusta dari Kediri. Agar mendapat hasil memuaskan sebelum menyeduh pastikan kopi bubuk baru digiling dan masih beraroma tajam.
Rempah seperti cengkeh dan kayu manis ditambahkan untuk memperoleh cita rasa berbeda hingga menghangatkan badan.
“ Cengkeh dan kayu manisnya berupa bubuk. Tetapi, untuk kayu manis ada yang masih berbentuk batang dan dimasak dengan gula pasir dan air, hingga butiran gula hancur, “ jelas Adita.
Gula yang dipakai ada dua pilihan, gula pasir dan gula palem. Kopi memakai gula palem aromanya lebih harum.
Sementara yang ingin dicampur susu, campuran kopi tidak memakai gula lagi. Rasa manis dari susu kental manis sudah cukup. Sebab, jika terlalu banyak susu atau krimer, aroma kuat kopi jadi hilang.
Nah, kopi tubruk di Lobi Hotel Santika ini disajikan dengan cara tidak biasa. Gelas wadah kopi dibalik dengan posisi mulut gelas di bagian bawah. Minumnya harus menyeruput cairan kopi yang berada di sekeliling mulut gelas terbalik itu.
Cara ini juga bisa ditemui di daerah Aceh. Namun, untuk minum diberi alat berupa pipet. Fungsinya untuk menyedot air kopi, bukan diseruput.
Pilihan kopi tubruk di Hotel Santika Surabaya ini antara lain kopi tubruk original, kopi tubruk kayu manis, kopi tubruk cengkeh, kopi tubruk susu, dan kopi tubruk late.
“ Minum kopi seperti ini sambil cangkruk terasa asyik. Meski tidak biasa minum dengan cara gelas terbalik, tetapi kok jadi seru ya, “ ungkap Ana, salah satu pengunjung kafe Hotel santika surabaya.
Meski disajikan dengan cara berbeda dengan yang Anda temui selama ini, kopi tetap menjadi minuman kesukaan semua kalangan.
Rasa pahit bercampur sedap rempah-rempah atau susu, dengan sentuhan manis gula membuat kopi selalu diinginkan. Ida. Kalimat-kalimat dalam paragraf I ini sudah koheren. Kalimat-kalimat tersebut menjadi penjelas kalimat sebelumnya.





Kalimat paragraf II koheren, kalimatnya runtut dan tidak menimbulkan multi tafsir.



Kalimat pada paragaf III merupakan penjelas dari paragaf sebelumnya.

Kalimat IV juga merupakan penjelas dari kalimat paragraf III.


Dalam paragraf V, kalimat-kalimatnya sudah koheren karena saling berhubungan.


Paragraf VI kalimatnya koheren. Kalimat kedua merupakan penjelas kalimat sebelumnya. Sedangkan kalimat terakhir merupakan penyimpulan dari kalimat-kalimat sebelumnya.




Paragraf I ini, kalimat-kalimatnya koheren, ditandai dengan adanya piranti kohesi pada kalimat.


Paragraf II kalimat-kalimatnya juga koheren, paragraf ini memperjelas paragraf I.



Paragraf III kalimatnya koheren ditandai dengan adanya piranti kohesi yang menunjukkan bahwa jenis kopi yang dipakai dapat memberikan hasil tersendiri.
Paragraf IV ini koheren, kalimat memberikan tambahan mengenai penyajian kopi yang dapat dicampur dengan beberapa rempah.
Paragraf V merupakan pernyataan seseorang yang memperkuat paragraf sebelumnya.



Paragraf VI sudah koheren, kalimat kedua memperjelas kalimat pertama yang masih berkaitan.

Paragraf VII sudah koheren. Pernyataan dalam kalimatnya saling berkaitan.
Paragraf VIII memberikan penjelasan baru penyajian kopi yang dicampur dengan susu.



Paragraf IX, memberikan penjabaran mengenai cara penyajian kopi yang berbeda di Lobi Hotel Santika Surabaya.




Paragraf X koheren. Memperjelas paragraf sebelumnya.


Paagraf XI sudah koheren. Kalimatnya menjelaskan mengenai macam-macam kopi yang tersedia di Lobi Hotel Sartika Surabaya.

Paragraf XII mempertegas pernyataan pada paragraf sebelumnya.



Paragraf XIII dan XIV koheren karena saling berkaitan. Menjelaskan bahwa walaupun kopi disajikan dengan cara yang berbeda-beda namun tetap disukai oleh masyarakat.


4. Praanggapan tentang pengetahuan awal pembaca yang digunakan penulis
Praanggapan I: Minuman kopi tubruk sudah menjadi hal biasa bagi masyarakat Indonesia.
Praanggapan II: Masyarakat sudah pernah membuat kopi dengan air panas dari dispenser dan membuat kopi dari air yang dididihkan memakai kompor.

5. Makna implikatur berdasarkan konteks
Makna implikatur teks yakni menjelaskan mengenai cara penyajian kopi, teks ini ingin memperkenalkan pada para pembaca cara berbeda penyajian kopi yang ada di Lobi Hotel Santika Surabaya. Penyajian kopi di hotel tersebut berbeda dengan yang biasa ditemui di masyarakat umumnya. Namun, meskipun kopi disajikan dengan cara yang berbeda, kopi tetap disukai semua kalangan.

6. Gagasan utama teks
Ragam cara penyajian kopi bisa ditemukan di tengah gaya hidup orang masa kini. Kopi tubruk merupakan cara penyajian kopi yang terbiasa ditemui di Indonesia, terutama di Jawa dan Bali. Kopi tubruk di Lobi Hotel Santika ini disajikan dengan cara tidak biasa. Gelas wadah kopi dibalik dengan posisi mulut gelas di bagian bawah. Minumnya harus menyeruput cairan kopi yang berada di sekeliling mulut gelas terbalik itu.Meski disajikan dengan cara berbeda dengan yang ditemui selama ini, kopi tetap menjadi minuman kesukaan semua kalangan. Rasa pahit bercampur sedap rempah-rempah atau susu, dengan sentuhan manis gula membuat kopi selalu diinginkan.

7. Penggunaan maksim tutur dalam mendukung penyampaian gagasan utama teks tersebut!

a. Maksim Hubungan
Penutur (penulis) memberikan informasi yang sesuai dengan pengetahuan awal mitra tutur. Mitra tutur diberikan wawasan tentang cara penyajikan kopi dengan beberapa variasi. Selanjutnya dijelaskan pula mengenai cara penyajian kopi secara berbeda seperti yang ada di Lobi Hotel Sartika Surabaya.
b. Maksim Kualitas
Teks memberikan informasi yang benar kepada pembaca mengenai penyajian kopi yang dapat dicampur dengan gula, susu,cengkeh, atau kayu manis. Informasi yang diberikan benar karena sesuai dengan kenyataan yang ada di masyarakat.
c. Maksim Kuantitas
Teks ini cukup sederhana dan para pembaca mudah memahami isi teks. Kopi tubruk merupakan hal yang sudah biasa di masyarakat, penulis hanya menambahkan bagaimana cara menyajikan kopi dengan cara yang berbeda seperti yang ada di Lobi Hotel Santika Surabaya.
d. Maksim Cara
Teks memberikan informasi yang jelas mengenai cara penyajian kopi, dalam menjabarkannya teks tidak berbelit-belit serta memberikan informasi yang menarik tentang penyajian kopi dengan cara berbeda di Lobi Hotel Santika Surabaya.