Rabu, 28 Juli 2010

analisis wacana teks

Asyik Cangkruk Bersama Kopi Tubruk
Kopi Tradisional Hotel Santika Surabaya

Ragam cara penyajian kopi bisa ditemukan di tengah gaya hidup orang masa kini. Mulai dari warung kaki lima hingga kedai bertaraf internasional. Mereka memiliki cara tersendiri untuk mengolah minuman kopi. Hotel Santika Surabaya tak mau kalah. Kopi tubruk ndeso naik kelas saat diusung masuk hotel.
Kopi tubruk merupakan cara penyajian kopi yang terbiasa ditemui di Indonesia, terutama di Jawa dan Bali. Itu pun, hanya di daerah dan tempat tertentu. Biasanya banyak ditemui di warung kaki lima pedesaan.
Kopi tubruk diseduh langsung dengan cara mencampur kopi bubuk, gula dan air panas. Lalu diaduk hingga gula hancur.
Resep ini konon dibawa pedagang dari Timur Tengah. Sebab ada kesamaan cara penyajian kopi tubruk ini dengan minuman kopi di Turki dan Yordania.
Ada juga yang menyebutnya mud coffee atau kopi lumpur. Lumpur merujuk pada blendeg atau sisa kopi yang mengendap di bagian bawah gelas.
Nama kopi tubruk sendiri muncul karena dibuat dari biji kopi yang dihancurkan. Omongan lain menyebut dinamakan kopi tubruk karena minuman ini asal tubruk, kopi tidak disaring lagi. Jadi banyak ampas yang mengapung di permukaan gelas.

Racikan Kopi
Kunci membuat kopi tubruk ada pada air. Suhu panas air dari dispenser berbeda dengan air yang dididihkan memakai kompor. Jika kurang panas suhunya, maka biji kopi kasar akan mengapung.
Campuran air dan kopi tidak maksimal, rasanya jadi kurang mantap. “ Kopi tubruk ada yang dicampur susu, kayu manis, atau cengkeh, “ ujar Adita Putri, Sales and Media Comunication Hotel Santika Surabaya.
Jenis biji kopi yang dipakai Robusta dari Kediri. Agar mendapat hasil memuaskan sebelum menyeduh pastikan kopi bubuk baru digiling dan masih beraroma tajam.
Rempah seperti cengkeh dan kayu manis ditambahkan untuk memperoleh cita rasa berbeda hingga menghangatkan badan.
“ Cengkeh dan kayu manisnya berupa bubuk. Tetapi, untuk kayu manis ada yang masih berbentuk batang dan dimasak dengan gula pasir dan air, hingga butiran gula hancur, “ jelas Adita.
Gula yang dipakai ada dua pilihan, gula pasir dan gula palem. Kopi memakai gula palem aromanya lebih harum.
Sementara yang ingin dicampur susu, campuran kopi tidak memakai gula lagi. Rasa manis dari susu kental manis sudah cukup. Sebab, jika terlalu banyak susu atau krimer, aroma kuat kopi jadi hilang.
Nah, kopi tubruk di Lobi Hotel Santika ini disajikan dengan cara tidak biasa. Gelas wadah kopi dibalik dengan posisi mulut gelas di bagian bawah. Minumnya harus menyeruput cairan kopi yang berada di sekeliling mulut gelas terbalik itu.
Cara ini juga bisa ditemui di daerah Aceh. Namun, untuk minum diberi alat berupa pipet. Fungsinya untuk menyedot air kopi, bukan diseruput.
Pilihan kopi tubruk di Hotel Santika Surabaya ini antara lain kopi tubruk original, kopi tubruk kayu manis, kopi tubruk cengkeh, kopi tubruk susu, dan kopi tubruk late.
“ Minum kopi seperti ini sambil cangkruk terasa asyik. Meski tidak biasa minum dengan cara gelas terbalik, tetapi kok jadi seru ya, “ ungkap Ana, salah satu pengunjung kafe Hotel santika surabaya.
Meski disajikan dengan cara berbeda dengan yang Anda temui selama ini, kopi tetap menjadi minuman kesukaan semua kalangan.
Rasa pahit bercampur sedap rempah-rempah atau susu, dengan sentuhan manis gula membuat kopi selalu diinginkan. Ida.

ANALISIS TEKS
1. Topik
Topik teks tersebut yaitu ragam cara penyajian kopi.
2. Bagan dan struktur isi

Penyajian kopi tubruk



dg gula dg susu/krimer dg kayu manis dg cengkeh


gula pasir gula palem bubuk batang bubuk


3. Alat kohesi dan koherensi

Asyik Cangkruk Bersama Kopi Tubruk
Kopi Tradisional Hotel Santika Surabaya


Ragam cara penyajian kopi bisa ditemukan di tengah gaya hidup orang masa kini. Mulai dari warung kaki lima hingga kedai bertaraf internasional. Mereka (kata ganti orang ke-III) memiliki cara tersendiri untuk mengolah minuman kopi. Hotel Santika Surabaya (pengulangan dengan sinonim) tak mau kalah. Kopi tubruk (pengulangan dengan sinonim) ndeso naik kelas saat diusung masuk hotel
Kopi tubruk merupakan cara penyajian kopi yang terbiasa ditemui di Indonesia, terutama di Jawa dan Bali. Itu (kata ganti) pun, hanya di daerah dan tempat tertentu. Biasanya banyak ditemui di warung kaki lima pedesaan (pengulangan dengan sinonim).
Kopi tubruk diseduh langsung dengan cara mencampur kopi bubuk, gula dan air panas. Lalu diaduk hingga gula (pengulangan utuh) hancur.
Resep ini (kata tunjuk anaforis) konon dibawa pedagang dari Timur Tengah. Sebab (konjungsi sebab akibat) ada kesamaan cara penyajian kopi tubruk (pengulangan dengan sinonim) ini (kata tunjuk kataforis) dengan minuman kopi di Turki dan Yordania (pengulangan dengan sinonim).
Ada juga (konjungsi penambahan) yang menyebutnya (kata ganti milik) mud coffee atau kopi lumpur (pengulangan dengan sinonim). Lumpur merujuk pada blendeg atau sisa kopi (pengulangan dengan sinonim) yang mengendap di bagian bawah gelas.
Nama kopi tubruk sendiri muncul karena (konjungsi sebab akibat) dibuat dari biji kopi yang dihancurkan. Omongan lain menyebut dinamakan kopi tubruk (pengulangan utuh) karena (konjungsi sebab akibat) minuman ini (kata tunjuk anaforis) asal tubruk, kopi tidak disaring lagi. Jadi banyak ampas yang mengapung di permukaan gelas.

Racikan Kopi
Kunci membuat kopi tubruk ada pada air. Suhu panas air dari dispenser berbeda dengan air (pengulangan utuh) yang dididihkan memakai kompor. Jika kurang panas suhunya (kata ganti milik), maka biji kopi kasar akan mengapung.
Campuran air dan kopi tidak maksimal, rasanya (kata ganti milik) jadi kurang mantap. “ Kopi tubruk ada yang dicampur susu, kayu manis, atau cengkeh, “ ujar Adita Putri, Sales and Media Comunication Hotel Santika Surabaya.
Jenis biji kopi yang dipakai Robusta dari Kediri. Agar (konjungsi tujuan) mendapat hasil memuaskan sebelum menyeduh pastikan kopi bubuk baru digiling dan masih beraroma tajam.
Rempah seperti cengkeh dan kayu manis ditambahkan untuk memperoleh cita rasa berbeda hingga menghangatkan badan.
“ Cengkeh dan kayu manisnya (kata ganti milik) berupa bubuk. Tetapi (konjungsi pertentangan), untuk kayu manis (pengulangan utuh) ada yang masih berbentuk batang dan dimasak dengan gula pasir dan air, hingga butiran gula hancur, “ jelas Adita.
Gula yang dipakai ada dua pilihan, gula pasir dan gula palem. Kopi memakai gula palem (pengulangan utuh) aromanya (kata ganti milik) lebih harum.
Sementara yang ingin dicampur susu, campuran kopi tidak memakai gula lagi. Rasa manis dari susu kental manis (pengulangan dengan sinonim) sudah cukup. Sebab (konjungsi sebab akibat), jika terlalu banyak susu atau krimer (pengulangan dengan sinonim), aroma kuat kopi jadi hilang.
Nah, kopi tubruk di Lobi hotel Santika ini (kata tunjuk anaforis) disajikan dengan cara tidak biasa. Gelas wadah kopi dibalik dengan posisi mulut gelas di bagian bawah. Minumnya harus menyeruput cairan kopi yang berada di sekeliling mulut gelas (pengulangan utuh) terbalik itu (kata tunjuk kataforis).
Cara ini (kata tunjuk anaforis) juga (konjungsi penambahan) bisa ditemui di daerah Aceh. Namun (konjungsi pertentangan), untuk minum diberi alat berupa pipet. Fungsinya untuk menyedot air kopi, bukan diseruput.
Pilihan kopi tubruk di Hotel Santika Surabaya ini (kata tunjuk anaforis) antara lain kopi tubruk original, kopi tubruk kayu manis, kopi tubruk cengkeh, kopi tubruk susu, dan kopi tubruk late.
“ Minum kopi seperti ini (kata tunjuk anaforis) sambil cangkruk terasa asyik. Meski tidak biasa minum dengan cara gelas terbalik, tetapi (konjungsi pertentangan) kok jadi seru ya, “ ungkap Ana, salah satu pengunjung kafe Hotel santika surabaya.
Meski disajikan dengan cara berbeda dengan yang Anda temui selama ini (kata tunjuk anaforis), kopi tetap menjadi minuman kesukaan semua kalangan. Rasa pahit bercampur sedap rempah-rempah atau susu, dengan sentuhan manis gula membuat kopi (pengulangan utuh) selalu diinginkan. Ida.

Koherensi
Koherensi yang di hasilkan dalam wacana di atas terlihat dengan adanya piranti kohesi, yaitu berupa tanda-tanda hubung antar kalimat. Selain itu koherensi muncul dengan adanya hubungan sebab akibat yang ada di dalamnya dan hubungan antara pertanyaan dan jawabannya.
Teks Analisis
Ragam cara penyajian kopi bisa ditemukan di tengah gaya hidup orang masa kini. Mulai dari warung kaki lima hingga kedai bertaraf internasional. Mereka memiliki cara tersendiri untuk mengolah minuman kopi. Hotel Santika Surabaya tak mau kalah. Kopi tubruk ndeso naik kelas saat diusung masuk hotel.
Kopi tubruk merupakan cara penyajian kopi yang terbiasa ditemui di Indonesia, terutama di Jawa dan Bali. Itu pun, hanya di daerah dan tempat tertentu. Biasanya banyak ditemui di warung kaki lima pedesaan.
Kopi tubruk diseduh langsung dengan cara mencampur kopi bubuk, gula dan air panas. Lalu diaduk hingga gula hancur.
Resep ini konon dibawa pedagang dari Timur Tengah. Sebab ada kesamaan cara penyajian kopi tubruk ini dengan minuman kopi di Turki dan Yordania.
Ada juga yang menyebutnya mud coffee atau kopi lumpur. Lumpur merujuk pada blendeg atau sisa kopi yang mengendap di bagian bawah gelas.
Nama kopi tubruk sendiri muncul karena dibuat dari biji kopi yang dihancurkan. Omongan lain menyebut dinamakan kopi tubruk karena minuman ini asal tubruk, kopi tidak disaring lagi. Jadi banyak ampas yang mengapung di permukaan gelas.

Racikan Kopi
Kunci membuat kopi tubruk ada pada air. Suhu panas air dari dispenser berbeda dengan air yang dididihkan memakai kompor. Jika kurang panas suhunya, maka biji kopi kasar akan mengapung.
Campuran air dan kopi tidak maksimal, rasanya jadi kurang mantap. “ Kopi tubruk ada yang dicampur susu, kayu manis, atau cengkeh, “ ujar Adita Putri, Sales and Media Comunication Hotel Santika Surabaya.
Jenis biji kopi yang dipakai Robusta dari Kediri. Agar mendapat hasil memuaskan sebelum menyeduh pastikan kopi bubuk baru digiling dan masih beraroma tajam.
Rempah seperti cengkeh dan kayu manis ditambahkan untuk memperoleh cita rasa berbeda hingga menghangatkan badan.
“ Cengkeh dan kayu manisnya berupa bubuk. Tetapi, untuk kayu manis ada yang masih berbentuk batang dan dimasak dengan gula pasir dan air, hingga butiran gula hancur, “ jelas Adita.
Gula yang dipakai ada dua pilihan, gula pasir dan gula palem. Kopi memakai gula palem aromanya lebih harum.
Sementara yang ingin dicampur susu, campuran kopi tidak memakai gula lagi. Rasa manis dari susu kental manis sudah cukup. Sebab, jika terlalu banyak susu atau krimer, aroma kuat kopi jadi hilang.
Nah, kopi tubruk di Lobi Hotel Santika ini disajikan dengan cara tidak biasa. Gelas wadah kopi dibalik dengan posisi mulut gelas di bagian bawah. Minumnya harus menyeruput cairan kopi yang berada di sekeliling mulut gelas terbalik itu.
Cara ini juga bisa ditemui di daerah Aceh. Namun, untuk minum diberi alat berupa pipet. Fungsinya untuk menyedot air kopi, bukan diseruput.
Pilihan kopi tubruk di Hotel Santika Surabaya ini antara lain kopi tubruk original, kopi tubruk kayu manis, kopi tubruk cengkeh, kopi tubruk susu, dan kopi tubruk late.
“ Minum kopi seperti ini sambil cangkruk terasa asyik. Meski tidak biasa minum dengan cara gelas terbalik, tetapi kok jadi seru ya, “ ungkap Ana, salah satu pengunjung kafe Hotel santika surabaya.
Meski disajikan dengan cara berbeda dengan yang Anda temui selama ini, kopi tetap menjadi minuman kesukaan semua kalangan.
Rasa pahit bercampur sedap rempah-rempah atau susu, dengan sentuhan manis gula membuat kopi selalu diinginkan. Ida. Kalimat-kalimat dalam paragraf I ini sudah koheren. Kalimat-kalimat tersebut menjadi penjelas kalimat sebelumnya.





Kalimat paragraf II koheren, kalimatnya runtut dan tidak menimbulkan multi tafsir.



Kalimat pada paragaf III merupakan penjelas dari paragaf sebelumnya.

Kalimat IV juga merupakan penjelas dari kalimat paragraf III.


Dalam paragraf V, kalimat-kalimatnya sudah koheren karena saling berhubungan.


Paragraf VI kalimatnya koheren. Kalimat kedua merupakan penjelas kalimat sebelumnya. Sedangkan kalimat terakhir merupakan penyimpulan dari kalimat-kalimat sebelumnya.




Paragraf I ini, kalimat-kalimatnya koheren, ditandai dengan adanya piranti kohesi pada kalimat.


Paragraf II kalimat-kalimatnya juga koheren, paragraf ini memperjelas paragraf I.



Paragraf III kalimatnya koheren ditandai dengan adanya piranti kohesi yang menunjukkan bahwa jenis kopi yang dipakai dapat memberikan hasil tersendiri.
Paragraf IV ini koheren, kalimat memberikan tambahan mengenai penyajian kopi yang dapat dicampur dengan beberapa rempah.
Paragraf V merupakan pernyataan seseorang yang memperkuat paragraf sebelumnya.



Paragraf VI sudah koheren, kalimat kedua memperjelas kalimat pertama yang masih berkaitan.

Paragraf VII sudah koheren. Pernyataan dalam kalimatnya saling berkaitan.
Paragraf VIII memberikan penjelasan baru penyajian kopi yang dicampur dengan susu.



Paragraf IX, memberikan penjabaran mengenai cara penyajian kopi yang berbeda di Lobi Hotel Santika Surabaya.




Paragraf X koheren. Memperjelas paragraf sebelumnya.


Paagraf XI sudah koheren. Kalimatnya menjelaskan mengenai macam-macam kopi yang tersedia di Lobi Hotel Sartika Surabaya.

Paragraf XII mempertegas pernyataan pada paragraf sebelumnya.



Paragraf XIII dan XIV koheren karena saling berkaitan. Menjelaskan bahwa walaupun kopi disajikan dengan cara yang berbeda-beda namun tetap disukai oleh masyarakat.


4. Praanggapan tentang pengetahuan awal pembaca yang digunakan penulis
Praanggapan I: Minuman kopi tubruk sudah menjadi hal biasa bagi masyarakat Indonesia.
Praanggapan II: Masyarakat sudah pernah membuat kopi dengan air panas dari dispenser dan membuat kopi dari air yang dididihkan memakai kompor.

5. Makna implikatur berdasarkan konteks
Makna implikatur teks yakni menjelaskan mengenai cara penyajian kopi, teks ini ingin memperkenalkan pada para pembaca cara berbeda penyajian kopi yang ada di Lobi Hotel Santika Surabaya. Penyajian kopi di hotel tersebut berbeda dengan yang biasa ditemui di masyarakat umumnya. Namun, meskipun kopi disajikan dengan cara yang berbeda, kopi tetap disukai semua kalangan.

6. Gagasan utama teks
Ragam cara penyajian kopi bisa ditemukan di tengah gaya hidup orang masa kini. Kopi tubruk merupakan cara penyajian kopi yang terbiasa ditemui di Indonesia, terutama di Jawa dan Bali. Kopi tubruk di Lobi Hotel Santika ini disajikan dengan cara tidak biasa. Gelas wadah kopi dibalik dengan posisi mulut gelas di bagian bawah. Minumnya harus menyeruput cairan kopi yang berada di sekeliling mulut gelas terbalik itu.Meski disajikan dengan cara berbeda dengan yang ditemui selama ini, kopi tetap menjadi minuman kesukaan semua kalangan. Rasa pahit bercampur sedap rempah-rempah atau susu, dengan sentuhan manis gula membuat kopi selalu diinginkan.

7. Penggunaan maksim tutur dalam mendukung penyampaian gagasan utama teks tersebut!

a. Maksim Hubungan
Penutur (penulis) memberikan informasi yang sesuai dengan pengetahuan awal mitra tutur. Mitra tutur diberikan wawasan tentang cara penyajikan kopi dengan beberapa variasi. Selanjutnya dijelaskan pula mengenai cara penyajian kopi secara berbeda seperti yang ada di Lobi Hotel Sartika Surabaya.
b. Maksim Kualitas
Teks memberikan informasi yang benar kepada pembaca mengenai penyajian kopi yang dapat dicampur dengan gula, susu,cengkeh, atau kayu manis. Informasi yang diberikan benar karena sesuai dengan kenyataan yang ada di masyarakat.
c. Maksim Kuantitas
Teks ini cukup sederhana dan para pembaca mudah memahami isi teks. Kopi tubruk merupakan hal yang sudah biasa di masyarakat, penulis hanya menambahkan bagaimana cara menyajikan kopi dengan cara yang berbeda seperti yang ada di Lobi Hotel Santika Surabaya.
d. Maksim Cara
Teks memberikan informasi yang jelas mengenai cara penyajian kopi, dalam menjabarkannya teks tidak berbelit-belit serta memberikan informasi yang menarik tentang penyajian kopi dengan cara berbeda di Lobi Hotel Santika Surabaya.

Rabu, 28 April 2010

pendekatan historis karya sastra

1. Membaca puisi
Jemu
oleh M.Balfas
Tuan bersabda :
Tenanglah!
Sedang jiwaku tuan landa

Tuan menitah :
Sujudlah!
Sedang jiwa tak mau patah

Tuan bertabligh :
Patuhlah!
Semacam sapi rela disembelih

Lalu aku berkata
Sudahlah!
Diriku tetap mau ada

Buku itu suci!
Berikanlah!
Aku sendiri mau mencari

Mulut Tuan putih berbusa
Tutuplah!
Aku mau merdeka
(1945)
2. Mengidentifikasi tahun penciptaan puisi
Puisi karya M.Balfas tersebut diciptakan pada tahun 1945
3. Mengidentifikasi peristiwa sejarah yang terdapat dalam puisi
Dalam puisi tersebut digambarkan bahwa masa penjajahan pemerintahan saat itu semena – mena terhadap rakyat Indonesia. Pada bait pertama, penyair melukiskan ketidak tenangan rakyat atas pemerintahan itu. Rakyat dibuat sengsara dan tidak bisa hidup makmur.
Pada bait kedua, penyair melukiskan mulai menentangnya rakyat dengan pemerintahan yang membuat mereka sengsara. Pada bait tersebut dilukiskan bahwa semangat dalam diri masyarakat tidak bisa terpatahkan.
Pada bait ketiga, dilukiskan bagaimana penjajah memerintah semena – mena terhadap rakyat. Rakyat tidak diperlakukan sepatutnya oleh mereka. Penjajah menganggap rakyat seperti binatang yang mau melakukan apa saja yang mereka perintahkan.
Pada bait keempat, mulai ada perlawanan rakyat yang sudah jenuh dengan penjajah yang membuat rakyat menderita. Rakyat mulai angkat bicara dan tidak mau diperlakukan semena – mena oleh penjajah.
Pada bait kelima, rakyat menuntut hak – hak mereka untuk hidup tanpa tekanan penjajah. Rakyat ingin merdeka dan bebas dari penjajahan masa itu. Rakyat menginginkan menjalankan pemerintahan sendiri. Sedangkan pada bait terakhir, rakyat menyerukan kemerdekaan dan kebebasan. mereka ingin segera merdeka dan terbebas dari belenggu penjajahan.
4. Memahami fakta sejarah yang terjadi pada masa terciptanya puisi
Pertempuran merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda. , 8 Maret, pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak itu, Indonesia diduduki oleh Jepang. Tindak kekerasan dan kekejaman yang dilakukan Jepang menimbulkan antipati rakyat. Di beberapa tempat, antipati itu diwujudkan dalam bentuk perlawanan bersenjata. Sejak Jepang melarang penggunaan bahasa Belanda di sekolah – sekolah dan dalam percakapan sehari – hari, bahasa Indonesia mengalami perkembangan pesat. Surat- surat kabar dan radio turut berperan dalam penyebaran bahasa Indonesia.
Karya sastra diarahkan agar sesuai dengan tujuan perang, yang diutamakan adalah penonjolan semangat. Untuk mengawasi para seniman dan karya – karyanya, Jepang membentuk badan sensor budaya. Para sastrawan dilarang menulis karangan yang tidak mendukung politik pemerintah. Karya sastra yang bertentangan dengan politik pemerintah dilarang beredar dan penulisnya diinterogasi oleh Polisi Militer seperti yang dialami oleh Chairil Anwar, dengan sajaknya “Siap Sedia”.
Kawan - kawan
Dan kita bangkit dengan kesadaran
mencucuk dan menyerang hingga berlubang
Kawan – kawan
Kita mengayun pedang ke dunia terang
Jepang menuduh bahwa yang dimaksud dengan “dunia terang” ialah negeri Jepang. Namun, seniman – senima Indonesia tidak kehilangan akal. Sastrawan – sastrawan sepeti Usmar Ismail dan El Hakim (Abu Hanifah) dengan lihai memilih kata – kata yang samar tetapi penuh sindiran halus untuk mengatasi sensor. Gubahan mereka pada umumnya berisi kecintaan terhadap tanah air, tetapi dibungkus dengan kata – kata yang seolah olah memuji Jepang.
Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu terjadi pada Agustus 1945. Mengisi kekosongan tersebut, Indonesia kemudian memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Rakyat dan para pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada 25 Oktober. Tentara Inggris didatangkan ke Indonesia atas keputusan dan atas nama Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Tetapi, selain itu, tentara Inggris juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada pemerintah Belanda sebagai jajahannya. NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris. Itulah yang meledakkan kemarahan rakyat Indonesia di mana-mana. Setelah munculnya maklumat pemerintah tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Merah Putih dikibarkan terus di seluruh Indonesia, gerakan pengibaran bendera semakin meluas ke segenap pelosok kota.
5. Memahami peran penyair pada peristiwa sejarah yang terjadi pada saat itu.
Peran penyair dalam puisi tersebut sebagai saksi hidup peristiwa yang terjadi pada saat itu, yang kemudian oleh penyair diabadikan dalam sebuah puisi agar orang – orang dapat mengenang peristiwa tersebut. Selain itu penyair juga berperan sebagai orang yang menentang pemerintahan panjajah pada masa itu. Melalui puisi ia berusaha menghidupkan semangat perjuangan masyarakat melawan Belanda. Penyair tidak tahan menyaksikan kemiskinan rakyat dan penderitaan yang dialami romusha (tenaga kerja paksa). Pengerahan romusha secara paksa sangat menusuk perasaan mereka.

6. Menghubungkan hasul identifikasi tahun dan peristiwa sejarah yang dimuat dalam puisi dengan peran penyair dan fakta sejarah yang terjadi pada saat penciptaan puisi tersebut.
Puisi yang berjudul Jemu yang diciptakan pada tahun 1945 tersebut menggambarkan saat terjadinya penjajahan di Indonesia serta tindakan rakyat dalam menyerukan kemerdekaan dan mempertahankan kemedekaan yang telah diproklamasikan.
Apa yang digambarkan penyair dalam puisinya merupakan cerminan peristiwa perjuangan rakyat melawan penjajah demi meraih kemerdekaan yang benar – benar terjadi pada tahun tersebut dan dicatat dalam sejarah bangsa. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penyair mendapat inspirasi dari peristiwa yang terjadi pada masa itu. dengan kata lain, penyair merekam peristiwa sejarah tersebut dalam bentuk karya sastra yang berupa puisi.

Selasa, 13 April 2010

PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR

A.Pengertian Psikomotor

Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan

aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan

sebagainya. Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah psikomotor ini berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik.

Menurut Mardapi (2003), keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu:

gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi nondiskursif. Gerakan refleks adalah respons motorik atau gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan komplek yang khusus. Kemampuan perseptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan motorik atau gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar, seperti keterampilan dalam olah raga. Komunikasi nondiskursif adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan.

Buttler (1972) membagi hasil belajar psikomotor menjadi tiga, yaitu: specific

responding, motor chaining, rule using.

Dave (1967) dalam penjelasannya mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor

dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu: imitasi, manipulasi, presisi,

artikulasi, dan naturalisasi. Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatankegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Kegiatan

belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik di

aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik

itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor.

B.Pembelajaran Psikomotor

Gagne (1977) berpendapat bahwa kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan ada dua macam, yaitu kondisi internal dan eksternal. Untuk kondisi internal dapat dilakukan dengan cara (a) mengingatkan kembali bagian dari keterampilan yang sudah dipelajari, dan (b) mengingatkan prosedur atau langkah-langkah gerakan yang telah dikuasai. Sementara itu untuk kondisi eksternal dapat dilakukan dengan (a) instruksi verbal, (b) gambar, (c) demonstrasi, (d) praktik, dan (e) umpan balik. Mills (1977) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam mengajar praktik adalah (a) menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan, (b) menganalisis

keterampilan secara rinci dan berutan, (c) mendemonstrasikan keterampilan disertai dengan penjelasan singkat dengan memberikan perhatian pada butir-butir kunci termasuk kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan bagian-bagian yang sukar, (d) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba melakukan praktik dengan pengawasan dan bimbingan, (e)memberikan penilaian terhadap usaha peserta didik.

C.Evaluasi Hasil Belajar Siswa

Ryan(1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui (1)

pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses

pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu

dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan,

keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan

kelak dalam lingkungan kerjanya.

Leighbody (1968) berpendapat Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotor

bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan. Penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan itu harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung atau sesdah proses berlangsung dengan cara mengetes siswa atau dapat juga dilakukan sesudah siswa bekerja.

D.Jenis Instrumen Psikomotor

Untuk melakukan hasil belajar ranah psikomotor, ada dua hal yang perlu dilakukan oleh guru, yaitu: membuat soal dan membuat instrument untuk mengamati jawaban siswa. Soal untuk hasil belajar ranah psikomotor dapat berupa soal, lembar kerja, lembar tugas, perintah kerja, dan lembar eksperimen. Sementara instrument untuk mengamati jawaban siswa dapat berupa lembar observasi, lembar penilaian, dan portofolio. Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengobservasi keberadaan suatu benda atau kemunculan aspek-aspek keterampilan yang diamati. Lembar observasi dapat berbentuk daftar periksa/check list atau skala penilaian (rating scale). Daftar periksa berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya tinggal memberi check (centang) pada jawaban yang sesuai dengan aspek yang diamati. Skala penilaian adalah lembar yang digunakan untuk menilai unjuk kerja peserta didik atau menilai kualitas pelaksanaan aspek-aspek keterampilan yang diamati dengan skala tertentu, misalnya skala 1 - 5. Portofolio adalah kumpulan pekerjaan peserta didik yang teratur dan berkesinambungan sehingga peningkatan kemampuan peserta didik dapat diketahui untuk menuju satu kompetensi tertentu.

Daftar Rujukan

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Basuki, Imam Agus. 2010. Penilaian Keterampilan Berbahasa Indonesia: Kumpulan Bacaan untuk Matakuliah Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang (UM)

Senin, 22 Maret 2010

sebuah permintaan maaf

bagaimana bila kita membuat suatu kesalahan yang tak termaafkan?
tidak semua orang bisa memaafkan kesalahan kita... harus bagaimana?
meminta maaf sudah dilakukan,bahkan sampai memohon-mohon namun kitatetap tidak dimaafkan... gak tau mesti bagaimana lagi... apaah harus menyerah? terus memaksa pun percuma jika yang bersangkutan masih belum memaafkan...
begitu sulitnya mendapatkan maaf dari seseorang...

Selasa, 23 Februari 2010

model pembelajaran

ANSWER TOGETHER

(menjawab bersama)

Langkah-langkah:

  1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
  3. Membentuk kelompok yang beranggotakan 2-3 orang
  4. Guru memberikan artikel kepada para siswa untuk dipelajari, kemudian setelah selesai membaca artikel dan mempelajarinya lalu mempersilahkan siswa untuk mengembalikan artikel.
  5. Setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa dan siswa harus menjawab pertanyaan tersebut dengan bersamaan. jika siswa tidak mampu menjawab pertanyaan dengan kompak, maka skornya akan dikurangi.
  6. Guru memberi kesimpulan
  7. Penutup